Gus Boby: Belajar Agama Tanpa Sanad Guru Bisa Konslet

Wasekjen Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon, Gus Boby Mahbub Zaki, sambutan di hadapan para kiai dan santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Istiqomah, Penaruban, Weleri, Kendal (santrinews.com/ist)

Kendal – Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Mahbub Zaki memberikan tamsil menarik terkait ajakan merujuk langsung pada Al-Quran dan Hadits tanpa melalui seorang guru atau kiai.

Dia menjelaskan, ibarat listrik rumahan yang disambungkan langsung ke saluran bertegangan tinggi, seseorang yang belajar agama tanpa perantara guru, bisa konslet atau tersesat.

“Belajar langsung dari Al-Quran dan Hadits itu seperti listrik di rumah kita yang disambungkan langsung ke Sutet. Listrik konslet dan rumah kita bisa terbakar,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam Haflah Khotmil Quran dan Wisuda Santri Tahfidz angkatan ke-6 Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Istiqomah, Penaruban, Weleri, Kendal, baru-baru ini.

Baca: Mbah Ubaid Pertanyakan Sanad Keilmuan Ulama yang Mengajak Demo 112

Sebanyak 35 santri putra dan putri yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan juga provinsi lain diwisuda dari pesantren asuhan Kiai Ali Shodiqun.

Menurut Gus Boby —sapaan akrab Mahbub Zaki, dalam belajar agama seseorang harus melalui perantara guru, dan guru itu pun harus memiliki pemahaman yang mumpuni dan silsilah atau sanad keilmuan yang jelas.

“Sanad itu sebagian dari agama. Tanpa wasilah, tanpa perantara guru yang sanadnya jelas maka pemahamannya bisa konslet, tersesat,” tegas Wasekjen Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) ini.

Baca juga: Dzikir Kebangsaan di Halaman Istana Awali Peringatan HUT Kemerdekaan

Dikatakan Gus Boby, sanad dalam belajar agama itu penting. Sebab, tanpa silsilah dan rujukan keilmuan yang jelas, siapapun bisa mengajarkan agama sesuka hati.

Belakangan, menurut mantan ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Tengah ini, banyak orang merasa sudah cukup ilmu agamanya hanya bermodal belajar dari internet.

“Kalau dulu orang belajar agama dari kiai, dibela-bela mondok selama bertahun-tahun di pondok pesantren, sekarang orang belajar dari internet,” ungkapnya.

“Sementara di internet siapapun bisa omong. Tak perlu repot-repot mondok, bikin video ceramah agama, dijulukilah ustad. Ustad Youtube dan Santri Mbah Google lagi jadi fenomena baru. Islam di sosial media isinya marah-marah dan menebar permusuhan,” sambungnya. (sulhanudin/onk)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network