Muhammad SAW Tanamkan Spirit Toleransi Beragama

Data buku
Judul : Sahabat Muhammad
Penulis : Dr Nizar Abazhah
Tebal : 394 halaman
Penerbit : Penerbit Zaman, Bandung
Terbitan : I, 2014
ISBN : 978-602-1687-15-4
Peresensi : Zaitur Rahem

KOTA Mekkah al-Mukarramah termasuk kota yang memiliki kekuatan sejarah dunia paling bergengsi. Sebab, di kota tersebut lahir seorang pemimpin. Rasulullah atau utusan Allah yang mendobrak budaya Arab jahiliyah. Budaya jahiliyah adalah budaya penuh prilaku kebodohan.

Masyarakat Mekkah yang lazim, dalam lintasan sejarah disebut dengan Kuffar Quraisy menghalalkan tindakan yang diharamkan oleh ajaran Muhammad SAW. Sampai pada tahun 632 M datangnya sosok Nabi yang menggerakkan peradaban baru di kota terbut.

Buku ini menceritakan kisah masa lalu penuh sejarah nilai kemanusiaan, moral, dan nilai pendidikan. Ada banyak hal penting yang tersimpan. Misteri terpendam dan baru terkuak, sepertinya.

Menjadikan buku ini sangat kaya gizi pengetahuan. Aktifitas Nabi Muhammad yang terurai sejak awal halaman hingga akhir pembahasan menjadikan karya ini memiliki kekuatan luar biasa. Bahasa komunikasi dalam batasan ilmiah menjadikan karya yang bercerita tentang kehidupan Muhammad SAW sangat beda dengan karya lain.

Muhammad SAW besar dan dibesarkan di lingkungan masyarakat Kuffar Quraiys. Akan tetapi, kultur sosial Arab tidak menjadikan pribadi Muhammad larut dalam kultur masyarakatnya. Justru melalui ajakan ajaran Islam, Muhammad SAW mampu meruntuhkan kultur masyarakat jahiliyah.

Pada awalnya, seperti diurai dalam buku ini Muhammad menyebarkan ajaran Tuhan dengan cara sembunyi. Perintah menyebarkan ajaran Islam dimulai sejak turun wahyu pertama kepada beliau. Orang pertama yang menjadi objek dakwah Nabi adalah istrinya sendiri, Siti Khadijah. Bahkan, Siti Khadijah perempuan pertama dalam sejarah peradaban umat Islam yang menerima dengan tulus ajakan ajaran Islam.

Kisah tentang perjalanan dakwah Muhammad SAW dalam buku setebal 394 halaman ini mengharu biru. Pada waktu melakukan meditasinya di gua Hira’ Nabi terlihat gemetar mendapati malaikat Jibril datang menghampirinya. Malaikat Jibril yang diperintahkan Tuhannya, mengajak dan mengajarkan Muhammad SAW ayat-ayat suci Tuhan. Luar biasa. Nabi Muhammad SAW tak kuasa menahan gemetar. Sampai akhirnya, Beliau memutuskan kembali ke kediamannya.

Di tengah perjalanan, wajah malaikat Jibril terlihat dengan jelas di angkasa. “Wahai Muhammad! Kau adalah Rasulullah dan aku adalah Jibril” (hlm. 22). Perhatian Nabi Muhammad ke langit biru semakin tajam. Beliau hendak memastikan bahwa apa yang dia alami dan dia saksikan adalah nyata. Dan malaikat Jibril adalah utusan Tuhannya yang benar-benar menyampaikan risalah kenabian dirinya.

Pribadi Toleran
Kejadian yang dialami di gua Hira’ dan keyakinan tentang ajaran Tuhan terus mendarah daging pada diri Muhammad SAW. Apa yang dia sasikan dan disampaikan Jibril adalah kebenaran. Dan, harus beliau sampaikan kepada umat manusia. Muhammad berjuang bersama orang-orang terdekat untuk melawan keyakinan masyarakat Mekkah pada masa itu.

Suksesi mengislamankan orang-orang terdekat akhirnya terkuak. Sekelompok pemangku kuasa di lingkungan Kuffar Quraisy Mekkah mengejek ajaran Muhammad SAW. Hujatan dan caci makin terus mengalir. Baik kepada Muhammad SAW sendiri dan para sahabat-sahabatnya. Hujatan dan caci maki tersebut membuncah menjadi ancaman dan teror. Sejumlah sahabat dan warga Mekkah yang mengikuti ajaran Muhammad SAW mendapat perlakukan kasar dari pemuka Quraisy (hlm. 50-60).

Pertentangan antara kubu Muhammad SAW dengan pemuka Quraiys yang kontra dengan ajaran Islam terus melancarkan aksinya. Abu Jahal, salah seorang pemuka bani Quraisy misalnya sangat gencar melontarkan aksi kebencian kepada Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Bahkan, Abu Jahal berani memukul para sahabat Nabi yang sudah dinilai mengkhianati ajaran nenek moyang.

Apa respon Muhammad SAW? Pribadi Muhammad adalah moralitas kemanusiaan. Sikap orang-orang yang mendhalimi dirinya dan sahabat-sahabat justru ditanggapi denga doa: Ya Tuhan, tunjukkan kepada mereka jalan yang benar. Mereka melakukan tindakan tersebut karena mereka tidak tahu (hlm. 50-73).

Lewat buku ini kita bisa belajar makna kedamaian untuk semua. Hadirnya agama adalah untuk mencairkan kebekuan berdialog. Muhammad SAW menghadirkan konsep toleransi antar pemeluk agama lewat ajakan ajaran-ajaran agama yang dibawanya. Islam adalah agama penuh kedamaian dan cinta kasih.

Muhammad SAW dan semua sahabat-sahabat saat mengajak kaum Mekkah kepada ajaran Islam dilakukan dengan cara paling baik. Tidak ada gerakan pemaksaan, dari awal sampai agama Islam menyebar ke semua penjuru Arab. Di dalam al-Quran dijelaskan, “bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” (QS. 109:9)

Zaitur Rahem, Dosen Fakultas Tarbiyah STITA Sumenep dan INSTIKA Guluk-guluk Sumenep. Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya.

Terkait

Buku Lainnya

SantriNews Network